
Happy earth week,
Bumi sebagai satu-satunya tempat tinggal manusia terus dihadapkan dengan berbagai tantangan. Sejak 51 tahun lalu, ketika gerakan Hari Bumi pertama dilaksanakan di Amerika Serikat, hingga kini bumi masih berkutat dengan masalah polusi air dan udara.
Masalah ini semakin berat dengan rusaknya sebagian besar sumber oksigen. Laju kerusakan hutan dunia meningkat tajam di tahun 2020. Sedikitnya 42.000 km persegi tutupan pohon hilang di kawasan utama tropis. Di laut, 30% terumbu karang sudah rusak dan mati dalam 30 tahun terakhir. Bumi dalam kondisi kritis.
Pertanyaan penting dari perayaan ini: Bagaimana kita semua memperlakukan bumi sejak kemarin hingga Hari Bumi selanjutnya?
Sebuah langkah besar diambil oleh Presiden baru Amerika Serikat Joe Biden. Di Hari Bumi 2021, ia berkomitmen untuk memangkas 50-52% emisi gas rumah kaca AS pada 2030 dari level emisi di tahun 2005. Ditargetkan adanya perubahan pada sektor energi dan transportasi — target ambisius yang dibutuhkan saat ini dari seorang pemimpin negara.
Kami menanti komitmen yang lebih kuat dan ambisius dari Pemerintah Indonesia. Tapi, sayangnya tidak ada komitmen jelas terkait pengurangan emisi Indonesia yang dibuat oleh Presiden Jokowi di pertemuan ini.
Presiden harus menyadari bahwa waktu kita semakin sedikit dan sangat penting untuk memiliki komitmen iklim yang berani sekarang, jika ia ingin Indonesia memiliki kesempatan untuk masa depan yang berkelanjutan.”
Hari Bumi bisa menjadi momentum pengingat bahwa masalah di bumi tidak hanya soal sampah, tetapi juga tentang bagaimana ketimpangan dan perusakan lingkungan terjadi karena ulah manusia. Bagaimana pemerintahan mempunyai kuasa besar atas lingkungan dan harus mengambil peran untuk menjaganya. Juga bagaimana kita bisa mengedukasi sesama tentang masalah besar ini.
Menjaga bumi tidak bisa hanya dilakukan dengan gerakan satu hari atau satu minggu. Keberlanjutan adalah kunci tercapainya perubahan dan ini bisa dimulai dari diri sendiri.
Salam Adil dan Lestari